Minggu, 02 Januari 2011

INDIVIDUAL CONCEPTIONS OF PUBLIC SERVICE MOTIVATION

A. Latar Belakang

Komunitas administrasi publik telah lama meyakini bahwa seorang individu memiliki beberapa norma/aturan individual yang kuat dan emosional tentang kinerja jasa publik. Etika dalam pelayanan publik dimaksudkan untuk meyakinkan individu dalam pelayanan pemerintah dan membantu perilaku kerja mereka yang konsisten dengan keinginan masyarakat. Etika ini sangat penting untuk merubah asumsi bahwa pelayanan publik hanya untuk kepentingan diri sendiri(Golembiewski 1996).
Isu yang berkembang diantaranya mengenai motivasi kerja individu dan produktivitas kerja di sektor publik (Rainey 1982, Volcker 1990, Crewson 1995), perbaikan praktek manajemen di organisasi publik (Romzek 1990; DiIulio 1994; Rainey 1997; Wittmer 1991), Peningkatan akuntabilitas birokrasi (Inraham dan Ban 1986; Selden, Brewer dan Selden 1998). Secara singkat dasar motivasi dalam melakukan pelayanan publik menjadi salah satu pertanyaan besar dalam administrasi publik dan manajemen publik (Behn 1995)
Di sisi lain Public Serviec Managament (PSM) memiliki implikasi yang penting dalam sektor administrasi publik. Banyak orang di luar pemerintahan yang memiliki minat tinggi untuk menganalisis pengertian dari publik, komunitas dan pelayanan sosial, aktivits ini sangatlah penting bagi masyarakata secara luas (lihat Putnam 1995). Ilmuwan sosial telah menghabiskan banyak waktu dan berusaha untuk memahami peran self interest dalam perilaku manusia, tetapi mereka mengabaikan pentingnya motivasi dan perilaku dari masyarakat (Arrow 1985; Downs 1991; Golembiewski 1996). Bila hal ini dibandingkan, PSM dapat membantu menjembatani gap ini dalam teori baru tentang manusia dan perilaku organisasi.

B. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk melihat kembali literatur tentang sejauhmana konstruk PSM dapat diukur
2. Mengenalkan Q-methodology dan penggunaan metode ini untuk menguji dan mengklarifikasi konstruk PSM.
3. Mengetahui hubungan antara cara pandang 69 individu yang bekerja dalam pemerintahan mengenai motivasinya dengan pelayanan publik.

C. Public Service Management (PSM)

Review penelitian Buchanan dilakukan oleh Rainey (1982), menemukan bahwa manager akan memiliki skor yang tinggi jika ditanya langsung tetang pelayanan publik. Rainey melakukan penelitian ini dengan sampel manager sektor publik dan swasta, menilai ”hasrat untuk melakukan dalam hal ini pelayanan service ”. Dengan pengukuran PSM secara langsung, Rainey menemukan bahwa manajer sektor publik memiliki skor yang tinggi dibandingkan dengan swasta. Skor sini sangat tinggi dalam hal kepuasan kerja tetapi lemah dalam keterlibatan kerja. Rainey (1982) memberikan poin yang penting dalam penelitiannya bahwa cakupan PSM sangat luas, konsep yang beragam yang dapat disusun dalam berbagai jalan yang berbeda.
Dennis Wittmer (1991) dan Gerald T Grabis (1995) secara luas menggunakan pendekatan dikotomi yang menyangkut karyawan di sektor profit dan nonprofit. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, Wittmer menemukan pekerja di sektor non publik memiliki nilai membantu sesama yang lebih tinggi dibandingkan pekerja sektor privat, selain itu mereka juga beranggapan bahwa upah dan keamanan kerja merupakan penghargaan yang terpenting. Berbeda dengan penelitian yang dilakuakn oleh Gabris dan Simo (1995), mereka menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara kedua karyawan tersebut dalam hal kebutuhan melayani, memberikan pertolongan, upah dan kemanan kerja. Ragamnya hasil penelitian ini memunculkan pertanyaan seputar PSM, terutama menganai pertanyaan dalam pengukurannya.
Rainey (1982) menilai PSM sangat sulit untuk diartikan dan dinilai karena konstruk dasarnya sangat kompleks (multifaceted concept). James L Perry dan Lois R Wise (1990) mengidentifikasi tiga teori yang mendasari PSM : rasional, norma, dan afektif.
James L Perry (1996) merubah teori PSM menjadi skala pengukuran. Skala ini dites menggunakan analisis faktor konfirmatori, dengan empat faktor : penyusunan kebijakan publik, kepentingan publik, perasaan kasihan, dan pengorbana individu. Tiga faktor pertama berdasarkan kerangka berfikir yang diajukan oleh Perry dan Wise (1990), dan faktor keempat yaitu pengorbanan individu adalah faktor yang dihubungkan dengan PSM dalam berbagai literatur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Perry, tidak untuk mengukur perbedaan konsep individu mengenai PSM. Penelitian yang dilakukan oleh Perry dijadikan landasan oleh peneliti untuk menggunakan Q-methodology dengan tujuan untuk memahami PSM dari sudut pandang individu. Diharapkan hasil dari penelitian ini, sudut pandang PSM menjadi lebih sistematik dan komprehensif dan semakin memahami motivasi dalam hal pelayanan publik.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Q-methodology, yaitu teknik penelitian yang intensif dimana individu akan disodorkan beberapa pernyataan seputar tpoik penelitian, dan sejauhmana mereka setuju atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan tersebut (Stephenson 1953). Pendekatan ini mensyaratkan responden untuk mengurutkan pernyataan. Hasil lengkapnya disebut dengan Q-sort, yang merefleksikan pandangan hidup individu tentang topik yang dibahas (Brown 1970).
Urutan yang lengkap dari Q-Sort akan dihubungkan menggunakan analisis faktor untuk mengidentifikasi pengelompokkan individu (samaritan, communitarian patriot atau humanitarian) disebut juga dengan Q-factor. Q-metodology ini sangat cocok untuk mengamati nilai-nilai yang dianut oleh birokrat (Brown). Mahasiswa administrasi publikpun menggunakan metode ini untuk memahami berbagai isu seputar birokrat : peraturan administrasi, etika, kepuasan kerja, motivasi kerja dan citra birokrasi (Cunningham & Olshfski 1986; Gaines, Van Tubergen and Paiva 1984; Gough, Misiti dan Parisi 1971; Immerman 1970; Selden, Brewer dan Brudney 1999; Shah 1982; Sylvia dan Sylvia 1986; Yarwood dan Nimmo 1976), dalam penelitian terkini, penggunaan Q-methodology memperkenankan pengelola publik untuk mempertimbangan dan mengevaluasi item-item yang simultan yang digunakan untuk mengukur PSM.

E. Q-Sample dan P-Sample

Digunakan oleh James L Perry (1996)untuk mengukur PSM. Terdiri dari 40 pernyataan yang merepresentasikan enam dimensi dalam PSM : pengambilan kebijakan, komitmen pada kepentingan publik, keadilan sosial, kewajiban berwarganegara, perasaan kasihan dan pengorbanan individu. Instrumen ini diuji dan direvisi sebanyak tiga kali sebelum menjadi instrumen final. Untuk mengkonstruk model pengukuran dalam PSM, responden diberikan pernyataan, dengan alternatif jawaban terdiri dari lima skala likert.
Responden disuruh mengisi Q-sort dari mulai sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Setelah komplit, responden diminta untuk menjelaskan pilihan-pilihan yang telah mereka isi. Selanjutnya reponden diminta komentarnya seputar motivasi dalam pelayanan publik.
Reponden dalam penelitian ini bekerja dalam bidang pemerintahan di negara bagian Arizona, California, Georgia, New York, Oklahoma, Texas dan Utah, dengan tipe pekerkaan terdiri dari : administrasi (akunting, budgeting, personil dll), pertanian, pendidikan, keuangan, kesehatan, pelayanan masayarakat, hukum, rekreasi, kebersihan, transportasi dan militer.

F. Analisis

Q-sort yang telah diisi oleh responden dikorelasikan untuk membentuk 69 matrik. Setelh itu matrik dianalisa faktor menggunakan metode komponen dasar. Faktor-faktor tersebut dirotasi menggunakan empat kriteria dengan delapan atau lebih yang diisi dengan signifikan. Setiap faktor merepresentasikan gambaran konsep penempatan pernyataan yang diperbandingkan dengan pernyataan lainnya. Semua partisipan yang mengisi signifikan dalam faktor berada dalam karakter PSM yang sama. Unit yang diisi dalam setiap Q-sort mengindikasikan hubungan dengan setiap faktor. Faktor-faktor inilah yang nantinya menampilkan persepsi individu tentang PSM.


G. Hasil Penelitian

Faktor 1 Samaritan
Karakteristik dalam faktor ini mengindikasikan bahwa motivasi individu adalah untuk membantu orang lain , ikut terbawa emosi ketika melayani orang lain dalam kondisi stress. seperti yang dikesankan oleh Perry, individu yang tergabung dalam kelompok samaritans terkesan terlalu emosional, sangat sederhana.
Dalam melakukan pekerjaan, kelompok ini tidak terlalu mengorbankan kepentingan dirinya, mereka membantu kebutuhan orang lain dengan alasan untuk menyenangkan dirinya, bukan dikarenakan perasaan kewajiban kepada negara atau mengorbankan dirinya sendiri.

Faktor 2 Communitarians
Kelompok ini termotivasi dengan sentimen dari kewajiban dan pelayanan publik. Communitarian percaya ada koneksi yang unik antara abdi masyarakat dengan warga negara. Communitarian mengharapkan public officer memiliki harapan atas standar etika yang tinggi.
Communitarians tidak mengutamakan kepentingan individu, mereka percaya warga negara seharusnya lebih banyak memberi pada masyarakat dibandingkan menerima. Kelompok ini lebih termotivasi untuk memebrikan sesuatu pada masyarakat dan memberikan pelayanan publik yang berarti.


Faktor 3 Patriot
Menjaga, memberikan advokasi, bekerja dengan baik untuk publik adalah karakteristik yang muncul dalam kelompok ini. ”duty before self” adalah karakter unik yang kuat dalam patriot, sehingga mereka akan mengorbankan dirinya untuk membantu orang lain. Individu dalam kelompok ini memandang dirinya sebagai guardian masyarakat. Harapan mereka adalah bekerja dengan baik untuk masyarakat luas. Seperti communitarian, patriot mengharapkan standar etika yang tinggi bagi public officer.
Kombinasi unik yang dimiliki oleh karakter patriot adalah idealisme dalam beraktivitas yang menyebabkan mereka bersedia mengorbankan dirinya untuk orang lain dan menjadikan masyarakat yang lebih baik.

Faktor 4 Humanitarians
Humanitarian lebih termotivasi pada keadilan sosial dan pelayanan publik. Seperti samaritans kelompok ini menilai publik, program dan pandangan pemerintah sebagai kendaraan menuju masayarakat yang adil. (18, 20 dan 32). Motivasi humanitarian didorong oleh keinginan untuk membuat peruabahan dalam masyarakat, membuat perubahan ini lebih berarti dibandingkan penghargaan individu. Seperti communitarian dan patriot kelompok ini memandang standar etika adalah seuatu yang harus dimiliki oleh public officer.

Peranan Penghargaan Ekonomi
Berdasarkan penelitian ini, penghragaan ekonomi bukanlah hal yang mendorong PSM di empat kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa reward berbentuk monetery tidak memilki kontribusi untuk meningkatkan hasrat bekerja dalam pelayanan publik.

Politik dan Pengambilan Kebijakan bukanlah faktor Pendorong Motivasi
Keempat kelompok menyampaikan hal yang sama yaitu ketidaksukaan pada politik dan politisi.Salah responden mengatakan ” politik selalu membawa pemikiran yang buruk seperti bajingan, pembohong dll”. Bagaimanapun keempat kelompok sepakat bahwa mereka menaruh rasa hormat kepada public official yang dapat merubah ide yang baik menjadi peraturan (11, 15 dan 31). Keseluruhan kelompok menempatkan pernyataan ”give and take dalam penyusunan kebijakan publik sangat menarik bagi saya” dalam posisi netral. Individu yang menjadi responden dalam penelitian ini tidak terpikat oleh politik ataupun memikat hatinya untuk turut serta dalam proses pengambilan keputuasn. Motivasi utama mereka adalah melayani publik, membuat perubahan dalam masyarakat dan menjamin persamaan sosial.
Beberapa kemiripan ditemukan seperti samaritans dan communitarian memiliki perasaan kasihan dan sangat concern terhadap orang lain yang kekurangan ekonomi. Tetapi orientasi keduanya berbeda, samaritans concern karena mereka mengidentifikasi peningkatan secara personal, sedangkan humanitarians lebih perhatian kepada kesejahteraan manusia dalam perspektif masyarakat. Dalam bertindak samaritans tidak sewibawa humanitarian, mereka hanya bertindak sesuai dnegan kemampuannya. Sedangkan humanitarians memiliki motivasi untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan seperti patriot mereka memiliki perasaan yang kuat akan kewajiban dan patriotism.
Communitarian dan patriot sama-sama termotivasi untuk mengorban dirinya dengan alasan bela negara. Kedua kelompok merasa bertanggungjawab pada publik, tetpai patriot menggunakan lebih berani untuk menunjukkannya pada publik. Patruot juga lebih agresif, dan mereka berani mengambil resiko lebih besar dibandingkan communitarians.

Kesimpulan
Penelitian ini telah mengeksplor motivasi individu dalam melakukan pelayanan publik. Hasil penelitian menunjukkan PSM sangat komplek. Ditemukan juga bahwa ketiga tipe motivasi sangat penting untuk keempat kelompok. Untuk penelitian berikutnya diharapkan reponden dapat mengevaluasi item-item kuesioner secara simultan. Hasil yang baru dalam penelitian ini adalah semakin banyaknya pendekatana untuk mengamati konstruk PSM .
Penelitian berikutnya harus dapat menilai bagaiman keempat orientasi berpengaruh terhadap perilaku dalalm melayani publik dan juga mengeksploitas organisasi publik. Satu pertanyaan yang penting dapatkan PSM dimanifestasikan pada berbagai organisasi publik, nonprofit dan privat.

0 komentar: