Minggu, 02 Januari 2011

Public Sector Professionals: Pengaruh Pekerjaan Sektor Publik pada Motivasi, Kepuasan Kerja dan Keterlibatan Kerja.

ABSTRAKSI:



Artikel ini menjelaskan studi empiris tentang karakteristik kerja dari profesional sektor publik dan pengaruh karakteristik ini pada motivasi, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja. Pengumpulan data dikumpulkan dengan cara sample random dari pekerja profesional dan pekerja blue-collar di pemerintah pusat.
Hasil temuan penulis adalah :
1) Walaupun karakteristik kerja profesional sektor publik konsisten dengan data normatif dari survey diagnostik kerja, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja lebih rendah dari pekerja blue collar dan motivasi kerja tidak lebih tinggi daripada pekerja blue-collar,
2) Karakteristik kerja tidak bisa menjelaskan variasi dalam kepuasan, motivasi dan keterlibatan profesional melainkan dijelaskan oleh kepuasan sosial, pemenuhan kebutuhan intrinsik pekerja (terutama keinginan untuk berkembang) dan informasi kinerja.
Temuan ini bertolak belakang dari beberapa studi dalam kajian perilaku organisasi dan memunculkan pertanyaan tentang sifat kerja sektor publik. Kita lebih spesifik mendiskusikan aturan disain pekerjaan untuk meningkatkan profesional sektor publik.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah karakteristik pekerjaan, motivasi kerja, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja pegawai sektor publik lebih rendah dibandingkan pekerja blue collar?
2. Apakah sifat kinerja dari pegawai sektor publik secara substansif mempengaruhi motivasi kerja, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja mereka, atau ada faktor lain yang mengacaukan hubungan yang telah diprediksi

KERANGKA TEORITIS
Untuk menggali hubungan antara sifat pekerja sektor publik dan motivasi kita butuh model karakteristik kerja. Model yang dibangun dari lima dimensi kerja: variasi skill, jenis-jenis tugas, bobot tugas, otonomi dan umpan balik pada kinerja. Berdasarkan studi lain dari para profesional, kami prediksi para profesional mencerminkan skor yang lebih tinggi dari setiap dimensi karakteristik model pekerjaannya daripada yang non profesional, dan hubungan ini konsisten terhadap pekerja sektor publik dan sektor swasta. Kesimpulan yang beralasan bahwa profesional menunjukkan skor yang lebih tinggi untuk kunci perilaku kerja termasuk motivasi, kepuasan dan keterlibatan dalam pekerjaan daripada yang non profesional.
Cherniss and Kane menemukan bahwa para profesional sektor publik melaporkan nilai yang lebih rendah secara signifikan pada masing-masing karakteristik pekerjaan daripada pekerja blue collar. juga mengenai keterlibatan kerja sektor publik lebih rendah daripada pekerja blue collar dan skor mereka dalam motivasi kerja juga tidak lebih tinggi. Sebagai tambahan tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua grup baik dibidang kepuasan kerja dan kebutuhan intrinsik.
Temuan ini memunculkan pertanyaan yang menarik mengenai sifat pekerjaan sektor publik, khususnya pada profesional, karena pekerjaan profesional membutuhkan pendidikan dan skill yang lebih tinggi daripada pekerja blue collar, mereka seharusnya menyediakan variasi skill yang lebih tinggi, identitas tugas, bobot tugas, dan otonomi tugas yang lebih tinggi. Hal ini sama dengan kompleksitas dengan pekerjaan mereka dan level gaji yang lebih tinggi akan memicu kepuasan kerja dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada pekerja blue colour, bagaimanapun struktur organisasi dan budaya, kebutuhan dan pengharapan pribadi atau interaksi sosial di tempt kerja akan mengacaukan hubungan antara karakteristik kerja dengan perilaku kerja.

METODE PENELITIAN
Menggunakan klasifikasi kita mengumpulkan data dari para profesional dan para pekerja blue colour di dalam pusat pelayanan masyarakat di Rocky mountain West. Lembaga ini mempekerjakan lebih dari 8700 profesional dan pekerja blue collar yang sesui dengan skema klasifikasi penelitian. 28 persen dari populasi adalah pekerja blue collar dan 72 persen adalah profesional. Kita mengambil sampel secara random dari data pribadi dengan panduan dari personil lembaga dan pelayanan komputer. Kita melakukan pre test survei menggunakan 40 subyek dari 500 sampel dan 42 survei kembali karena tidak dapat terkirim.
Sampel yang bisa digunakan 418. Survei yang dikerjakan terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah bentuk pendek diagnosis pekerjaan yang dikembangkan oleh Hackman and Oldham. Hubungkan dengan model karakteristik pekerjaan mengukur karakteristik pekerjaan, motivasi kerja, dan kepuasan kerja secara luas.
Bagian kedua dari survei tidak berkaitan dengan survei kualitas hidup oleh Kane. Yang mengukur keterlibatan kerja dan membangun kepedulian dari perilaku kerja para pekerja.

DEFINISI OPERASIONAL
1. Kakarteristik pekerjaan, mengacu pada tingkatan dimana desain pekerjaan mempunyai varian skill identitas tugas, bobot tugas, otonomi, dan umpan balik yang diukur dengan indeks Motivation Potential Score (MPS index).
2. Inti status dari :
a. Derajad intensitas seseorang untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan,
b. Tujuan dari kekuatan baik yang positif maupun negatif ,
c. Menjaga perilaku.
3. Kepuasan kerja, kepuasan akan petunjuk atau pusat emosi positif sebgai hasil keluaran dari hasil pekerjaan yang di dapat atau melebihi pengharapan karyawan.
4. Keterlibatan kerja, mengacu pada tingkat dimana pekerja memandang pekerjaan dibandingkan dengan aktivitas lain sebagai sumber dari pemenuhan kebutuhan intrinsik mereka.

HASIL PENELITIAN
Hasil dari survei menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara dua grup pada 4 dari 5 karakteristik pekerjaan.
Satu-satunya dimensi pekerjaan yang terdapat perbedaan signifikan adalah variasi skill, dimana skor para profesional lebih tingi daripada para pekerja blue collar. penemuan ini berlawanan dengan penelitian Cherniss and Kane mengindikasikan bahwa pada pekerja profesional sektor publik tidak memiliki nilai yang lebih rendah di karakteristik pekerjaan daripada pekerja blue collar.
Di samping itu para profesional hanya lebih tinggi di dalam hal variasi skill mereka. Temuan ini menimbulkan pertanyaan konseptual dari pekerja profesioanal yang berotonomi tinggi dengan tingkat yang tinggi dari bobot pekerja. Berkaitan dengan itu pentingnya kerja profesional para pekerja itu sendiri mungkin tidak akurat untuk profesional sektor publik.
Dugaan ini didukung dengan penemuan survei untuk pengukuran keluaran kepuasan kerja, motivasi kerja, dan keterlibatan. Kepuasan dan keterlibatan kerja lebih rendah secara signifikan untuk pekerja profesioanal dibandingkan motivasi kerja tidak berbeda secara signifikan.
Dari tabel 2 kita dapat melihat nilai dari sektor publik konsisten dengan peraturan nasional untuk semua sektor karena keduanya bagus dalam dua standar deviasi.
Tidak ada perbedaan secara statistik antara pekerja sektor publik dan peraturan nasional untuk setiap variabel.
Riset berikutnya terjawab jika karakteristik dan kepuasankerja, motivasi, dan tingakt keterlibatan dari profesioanl tidak lebih tinggi daripada pekerja blue collar, mungkin mereka juga mempunyai efek interaktif yang berbeda daripada yang diprediksi. Apakah sifat dari pekerja sektor publik mempengaruhi perilaku karyawan terhadap pekerjaanya? Dan jika demikian hbungan ini berbeda bentuk dari yang ditemukan diantara pekerja blue collar? untuk kajian lebih lanjut hubungan antara profesional dan tingkat kepuasan, motivasi, dan keterlibatan kerja kita menggunakan Multivariate Analysis.
Kita membutuhkan sejumlah variabel didalam analisis untuk mencapai spesifikasi model atas hubungan tersebut. Banyak faktor yang diperlukan yang berhubungan dengan kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan. Dua faktor kategori (pekerjaan ekstrinsik dan faktor pemenuhan kebutuhan intrinsik) adalah yang umumnya menarik, karena adanya hubungan teoritis dengan motivasi dan kepuasan. Faktor pekerjaan ekstrinsik adalah yang nampak dari luar diri individu pekerja, secara luas dari teman sekerja.
Tabel 3 : Kami melakukan konstruk dengan model regresi linier dengan menggunakan motivasi, kepuasan dan keterlibatan kerja sebagai variabel dependen dan pengukuran karakteristik kerja, faktor kerja ekstrinsik dan faktor pemenuhan kebutuhan intrinsik dan karakteristik demografi sebagai variabel independen. Kita menggunakan stepwise dan metode pengujian dengan SPSS untuk memasukkan variabel ke dalam persamaan. Pengujian untuk pengujian multikol mengindikasikan tidak ada korelasi diantara variabel independen.
Tabel 4 memberikan ringkasan statistik dari tiga persamaan regresi yang menggunakan stepwise. Satu-satunya variabel independen yang disajikan pada tingkat 5% demi keringkasan.
Model dijelaskan pada 32% dari variasi didalam skor kepuasan kerja, 41% dalam motivasi kerja, dan 27% variansi dalam keterlibatan kerja.
Analisis regresi memberikan hasil yang tidak terantisipasi. Dari ke tiga persamaan regresi tidak ada yang membuktikan karakteristik kerja ini signifikan. Variasi skill, identitas tugas, bobot tugas, otonomi, dan umpan balik atas pekerjaan tidak muncul sebagai variabel yang signifikan ketika dikontrol oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Sebaliknya beberapa faktor eksrinsik dan intrinsik signifikan. Khususnya, dua faktor kebutuhan intrinsik (kepuasan atas penyelesaian pekerjaan dan kebutuhan intruinsik yang penting) dan 2 faktor ekstrinsik (umpan balik dari yang lain atas kinerja dan kepuasan dengan hubungan sosial) adalah variabel yang signifikan dalam model regresi. Temuan ini mengindikasikan bahwa ketika mempertimbangkan interaksi dari karakteristik kerja faktor ekstrinsik pekerjaan, faktor pemenuhan kebutuhan intrinsik, dan karakteristik demografi, karakteristik pekerjaan dari pekerja sektor publik memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh pada kepuasan, motivasi, dan keterlibatan kerja. Sifat dari pekerja sektor publik terlihat sedikit pengaruhnya pada perilaku pekerja untuk pekerjaan mereka.
Tabel 5 memperlihatkan hasil analisis untuk pekerja blue collar, yang mirip dengan para profesional, dengan beberapa perbedaan. Seperti tingkat kepuasan, motivasi, dan keterlibatan kerja para profesional tidak berhubungan dengan karakteristik pekerjaan. Variabel yang signifikan meliputi hubungan sosial pada pekerjaan, umpan balik dari kolega, kebutuhan pertumbuhan individu, kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan intrinsik yang relatif penting. Tidak ada satupun dari beberapa dimensi karakteristik pekerjaan sebagai variabel yang signifikan. Perilaku menuju kerja kelihatannya lebih sebagai fungsi dari hubungan sosial dan kepuasan atas kebutuhan intrinsik daripada karakteristik pekerjaan untuk profesional dan pekerja blue collar.
Faktor ekstrinsik pekerjaan dan variabel pemenuhan kebutuhan intrinsik, bagaimanapun juga memberi kesan menjelaskan yang lebih besar untuk pekerja blue collar daripada para professional.
Koefisien beta dan adjusted R square lebih besar pada pekerja blue collar. model regresi menjelaskan 50% variasi di dalam kepuaan kerja, 52% pada motivasi kerja, dan 50% pada keterlibatan kerja. Kepuasan atas hubungan sosial pada pekerjaan adalah alat untuk memprediksi yang lebih baik untuk tiga variabel dependen dalam pekerja blue collar (koefisien beta = 0,52; 0,56; dan 0,46). Juga pemenuhan kebutuhan intrinsik sebagai variabel yang lebih penting untuk profesional.
Pemenuhan kebutuhan intrinsik signifikan untuk tiga variabel dependen dalam profesional, dimana kepuasan dengan hubungan sosial adalah variabel yang paling kuat pada para pekerja blue collar. Kekuatan penjelas yang paling rendah pada model regresi untuk profesional juga menyarankan bahwa kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan kerja lebih kompleks.

CONCLUSION
Temuan yang dipresentasikan ini, memberi masukan kepada teori dan isu praktek di seputar profesional sektor publik.
Pertama, penelitian ini mengkonfirmasi sebagian penelitian yang dilakukan oleh Cherniss dan Kane. Ditemukan pula dalam peneltian ini, seperti dalam penelitian Cherniss dan Kane, mengindikasikan bahwa karakteristik kerja dari profesional sektor publik tidak tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja blue-collar. Jika karyawan yang profesional merasa senang dengan otonomi, bobot tugas dan identitas yang tinggi, dan umpan balik langsung dari hasil kerjanya, hasil dari studi ini memberi kesan kecewaan mereka dengan pengalaman kerjanya di sektor publik.
Studi ini juga menemukan bahwa profesional sektor publik memiliki kepuasan kerja yang rendah dan motivasi atau keterlibatan kerja yang tidak tinggi daripada pekerja blue-collar.
Analisa multivariat juga memberi kesan terhadap karakteristik kerja dari kerja profesional sebagai salah satu pengaruh sikap kerja yang terus berinteraksi dengan faktor eksternal dan internal atau tidak mempengaruhi kerja mereka secara signifikan.
Penelitian ini mengindikasikan akan pemahaman yang lebih besar terhadap perbedaan dalam konteks publik dan privat.

0 komentar: